Langsung ke konten utama

Penyakit Non-Obstetri "Anemia"

ANEMIA
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyakit Non. Obstetri




KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dari karuniaNya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ‘Anemia’ ini. Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas dalam mata kuliah penyakit non obstetri serta membantu pembaca memahami Anemia.
            Kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan dukungan, dan bimbingan selama kami mengerjakan makalah ini, juga kepada dosen kami yang telah membimbing kami selama belajar di kampus, terutama dosen pembimbing kami dalam mata kuliah ini yaitu Jenny J S Sondakh, S.Si.T., M.Clin.Mid yang telah memberikan ilmunya kepada kami, dan kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.
            Kami sadar bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan maupun kata-kata yang tetera dalam makalah ini. Kami juga mohon kritik dan saran pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di kemudian hari.
            Terima kasih, semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
                                                                                 

                                                                                    Malang, 10 April 2017


                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR



BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan masalah Kesehatan Masyarakat terbesar didunia terutama Kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Anemia pada WUS dapat menimbulkan kelelahan, badan lelah. Penurunan Kapasitas/ Kemampuan atau produktivitas kerja. Bagi ibu Hamil anemia berperan pada peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu dan bagi bayi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi, serta BBLR (Adrian, 2007).Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya pun sangat besar terhadap sumber daya manusianya. Anemia pada saat kehamian disebut “potential danger to mother and child” potensial membahayakan ibu dan anak). Karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehataan. Pada Pengamatan lebih lanjut menunjukan bahwa zat besi yang dapat di atasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi, khususnya pada daerah pedesaan, karena seringnya dijumpai bumi dengan malnutrisi, persalinan dengan jarak berdekatan, dan bumi yang dengan pendidikan dan tingkat sosial konomi darah. (ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana; Manuaba; 1998). 
Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan anemia bila kadar Hb di bawah 10 gram %. Perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan sering menyulitkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit-penyakit kelainan darah. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar pada peningkatan volume sel darah merah dan hemaglobin. Dua penyebab paling sering ditemukan adalah anemia akibat defisiensi besi dan akibat perdarahan. Anemia pada kehamilan bisa mengakibatkan abortus, persalinan preterm, partus lama karena inersia uteri, syok, infeksi intra persalinan maupun pasca persalinan, payah jantung pada anemia yang sangat berat, hingga kematian bagi ibu. Janin yang dikandungnya dapat mengalami kematian, prematuritas, cacat bawaan, hingga kekurangan cadangan besi. Untuk pencegahan berupa pemberian tablet besi selama kehamilan.( Manjoer, 2001:288)
Menurut WHO kejadian anemia pada ibu hamil antara 20 % sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gram% sebagai dasarnya (Manuaba,1998 : 29). Sedangkan 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. (Prawirohardjo,2002:281)
Pada kelompok dewasa anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama pada wnita hamil dan menyusui karena mereka banyak mengalami defisiensi besi (Fe). Presentase Wanita hamil dari keluarga miskin terus meningakat seiring bertambah usia kehamilan (8 % anemia di trimester I, 12% anemia di trimester II, dan29%anemiaditrimesterIII.(Adrian,2007)

1.2 Rumsuan Masalah

1.      Apa Definisi Anemia?
2.      Bagaimana Anatomi Fisiologi Anemia?
3.      Bagaimana Patofisiologi Anemia?
4.      Apa Penyebab Anemia?
5.      Apasaja Klasifikasi Anemia?
6.      Bagaimana Diagnosis Anemia?
7.      Apasaja Tanda dan Gejala Anemia?
8.      Apa Komplikasi Pada Kesehatan Reproduksi Wanita?         
9.      Bagaimana Pola diet Anemia?
10.  Bagaimana peatalaksanaanpada Anemia?


1.3 Tujuan

1)      Untuk Mengetahui Apa Definisi Anemia?
2)      Untuk Mengetahui Bagaimana Anatomi Fisiologi Anemia?
3)      Untuk Mengetahui Bagaimana Patofisiologi Anemia?
4)      Untuk Mengetahui Apa Penyebab Anemia?
5)      Untuk Mengetahui Apasaja Klasifikasi Anemia?
6)      Untuk Mengetahui Bagaimanacara Mendiagnosis Anemia?
7)      Untuk Mengetahui Apasaja Tanda dan Gejala Anemia?
8)      Untuk MengetahuiApa Komplikasi Pada Kesehatan Reproduksi Wanita?  
9)      Untuk Mengetahui Bagaimana Pola diet Anemia?
10)  Untuk Mengetahui Bagaimana peatalaksanaan pada Anemia?

BAB II

 TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000:22). Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai normal (Emma, 1999). 
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang dari 13,5 gr/dl pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 gr/dl pada wanita dewasa. (hoffbrand, 2005). Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12g/dl pada wanita yang tidak hamil (cuningham,2012).Klasifikasi anemia dibagi menjadi 5 yaitu Anemia mikrositik hipokrom (anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis), Anemia makrositik (defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat), Anemia karena perdarahan, Anemia hemolitik, Anemia aplastik (Mansjoer, 1999:547).  

2.1.1 Anemia dalam kehamilan

     Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di bawah 11gr%  pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2006).
Anemia untuk wanita hamil apabila Hb kurang dari 10,0 gr/dl (varney, 2007).Anemia dalam kehamilan adalah anemia kekurangan besi, jenis anemia yang pengobatannya mudah bahkan murah (Manuaba, 1998)

2.2 Anatomi Fisiologi

Fisiologi Kardiovaskular
1. Perubahan hemodinamik
Pada wanita hamil akan terjadi peningkatan volume darah sebesar 30-50 % yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai puncaknya pada kehamilan32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Peningkatan volume plasma darah (30-50%) disbanding sel darah (20-30%). Mengakibatkan hemodelusi dan menurunkan konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac output. Peningkatan cardiac output akan mencapai puncaknya pada kehamilan 20 minggu.
Pada awal kehamilan terjadi penurunan tekanan darah dan kembali naik secara perlahan mendekati tekanan darah pada saat sebelum hamil pada saat kehamilan aterm..konsumsi oksigen ibu juga meningkat 20% pada minggu pertama dan terus meningkat sekitar 30 %
2. Distribusi aliran darah
Renal blood flow meningkat skitar 30% dan menetap atau sedikit menurun sampai melahirkan. Aliran darah kekulit meningkat 40-50% untuk menghilangkan panas. Total cairan tubuh meningkat 6-8 liter yang sebagian besar berada pada ekstraseluler. Segera setelah minggu ke 6 volume plasma akan meningkat dan pada trimester 2 mencapai nilai maksimal.
Perubahan Anatomi Pada System Kardiovaskuler
1.      penebalan dinding otot ventrikel (trimester 1)
2.      terjadi dilatasi (pelebaran) secara fisiologis pada jantung
3.      karena volume rongga perut (abdomen) meningkat, menyebabkan hipertrofi jantung dan posisi jantung bergeser ke atas dan kekiri
4.      pada fonokardiogram terdapat splitting (bunyi jantung tambahan), murmur sistolik, dan murmur diastolic
5.      -perubahan tekanan darah
6.      Akibat perubahan system kardiovaskuler :
7.      kebutuhan suplai Fe ibu hamil meningkat sekitar 500 mg/hari
8.      ibu hamiil sering cepat merasa kelelahan
9.      bengkak pada tungkai bawah, namun hati-hati jika bengkak berlebihan dan terjadi ditangan atau muka karena bisa merupakan tanda pre-eklampsi
10.  terjadinya anemia fisiologis
11.  10% wanita hamil mengalami hipotensi dan diaphoretic dalam posisi terlentang
Adaptasi Kehamilan Pada System Kardiovaskuler
Adaptasi kardiovaskular melindungi fungsi normal wanita, memenuhi kebutuhan metabolic tubuh saat hamil, dan menyediakan kebutuhan untuk perkembangan dan kebutuhan janin. Meliputi :
1.      hemodelusi
volume plasma meningkat lebih banyak daripada sl darah merah. Karena itu terjadi penurunan kadar hemoglobin yang mencolok. Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi penting antara lain : mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran hemogloblin pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari penyebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil. Kebutuhan ibu hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada trimester dua (puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) pada ibu hamil sehingga hemoglobin akan mengalami penurunan, mengakibatkan anemia kehamilan fisiologis (Budiarti, 2009).
2.      tekanan darah
peningkatan curah jantung terjadi akibat peningkatan volume darah. Jantung harus memompa dengan kekuatan lebih besar terutama saat menjelang aterm . sehingga terjadi sedikit dilatasi. Progesterone akan menimbulkan relaksasi otot-otot polos dan menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darahyang akan mengimbangi kekuatan dari jantung. Dengan demikian tekanan darah harus mendekati nilai pada keadaan sebelum hamil. Walau demikian wanita hamil cenderung mengalami hipotensi supinasio jikaterlentang karena vena cava inferior akan tertekan oleh isi uterus.
3.      Daya pembekuan darah
Daya pembekuan darah atau koagubilitas mengalami peningkatan selama kehamilan, hal ini  dapat berakibat pada thrombosis vena. Jika koagubilitas ini tidak berhasilditingkatkan, maka saat melahirkan akan terdapat ancaman perdarahan yang hebat.

2.3 Patofisiologi

Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang tidak diimbangi dengan jumlah plasma menyebabkan pengenceran darah. Plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.  Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama – tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat  (Saifuddin, 2006).

2.4 Penyebab

Menurut manuaba (2007) penyebab anemia pada kehamilan adalah :
1.      Kekurangan asupan zat besi
Kekurangan asupan zat besi tidak hanya dilihat dari konsumsi makanan sumber zat besinya tetapi juga tergantung variasi penyerapannya (cth: Fe pada makanan non daging seperti  iji-bijian, sayur, telur, buah tidak mudah diserap tubuh)
2.      Peningkatan kebutuhan fisiologis
Kebutuhan Fe akan meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin dan plasenta serta untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan.
3.      Kebutuhan yang berlebihan
Bagi ibu hamil yang memiliki kehamilan (multiparitas), kehamilan kembar,riwayat anemia, maupun perdarahan pada kehamilan sebelumnya membutuhkan pemenuhan zat besi yang lebih banyak
4.      Malabsorbsi
Gangguan penyerapan zat besi pada usus dapat menyebabkan pemenuhan zat besi pada ibu hamil terganggu
5.      Kehilangan darah
Kehilangan darah yang dimaksud disini dalah kehilangan darah yang banya pada persalinan yang lalu,  operasi, perdarahan akibat infeksi kronis misalnya cacingan

2.5 Klasifikasi Anemia

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Pemeriksaan darah minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III (Dep.Kes RI, 2002)
Klasifikasi dalam kehamilan menurut (Prawiroharjo, 2006)
1.      Anemia defiensi besi (sebanyak 62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsopsi, gangguan pecernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan, misal pada perdarahan. 
2.      Anemia megaloblastik (sebanyak 29%)
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik, yaitu kurangnya vitamin B dalam tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel-sel darah merah yang baru.
3.      Anemia hipoplastik (sebanyak 8%)
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rongten atau sinar radiasi. Pengobatan yang paling baik adalah dengan pemberian transfuse berulang
4.      Anemia hemolitik (sebanyak 0,7%)
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah  berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya. Hal ini dapat terjadi karena kecacatan sel darah itu sendiri (contoh: anemia sel sabit, thalasemia), kemudian ada juga karena organ limpa menghancurkan sendiri sel darah merah (missal karena infeksi tumor, gangguan autoimun,efeksamping obat, leukemia, dst). Pengobatan dengan transfuse, pemberian obat kortikosteroid(menghambat respon imun menghancurkan sel darah merah), pemberian immunoglobulin intravena, dan operasi (kasus parah=pengangkatan limpa)
Klasifikasi anemia menurut WHO dan Dep.Kes RI
a.       Normal   : Kadar Hb dalam darah  11 gr%
b.      Anemia Ringan : Kadar Hb dalam darah 8 - 10 gr%
c.       Anema berat : Kadar Hb dalam darah < 8 gr%

2.6 Diagnosis 

1.      Anamnesa 
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang – kunang, dan keluhan sering mual muntah lebih hebat pada
hamil muda. 
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Penderita terlihat lemah.
b.      Kurang bergairah.
3.      Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir    dan dasar
kuku kelihatan pucat.
4.      Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali dan takhirkardi.
5.      Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar bising jantung.
6.      Pemeriksaan Laboratorium (Kadar Hb) :
Klasifikasi anemia menurut WHO dan Dep.Kes RI
a.        Normal   : Kadar Hb dalam darah  11 gr%
b.       Anemia Ringan : Kadar Hb dalam darah 8 - 10 gr%
c.        Anema berat : Kadar Hb dalam darah < 8 gr%

2.7 Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit kepala, edema mata kaki dan dispnea waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
Tanda- tanda klinis:
-          Letih, sering menganuk, malaise
-          Pusing lemah
-          Nyeri kepala
-          Luka pada lidah
-          Kulit pucat
-          Membrane mukosa pucat (missal pada konjungtiva)
-          Bantalan kuku pucat
-          Tidak ada nafsu makan, mual, muntah

2.8 Komplikasi Pada Kesehatan Reproduksi Wanita

1.      Bahaya anemi pada kehamilan :
Dapat terjadi abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh kembang janin dalam tubuh, mudah terjadi infeksi, ancaman ekompresasi kordis (hb kurang dari 6), mola hidatidosa, hyperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan anemia pada trimester III meningkatkan resiko buruknya pemulihan akibat kehilangan darah saat persalinan, begitu juga takikardi, nafas pendek, dan ketihan maternal(Robinson 2011)
2.      Bahaya saat persalinan
-          Gangguan his, kekuatan mengejan
-          Kala pertama dapat berlangsung lama
-          Kala dua berlangsung lama
-          Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri
-          Kala empat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
3.      Bahaya saat nifas
-          Terjadi sub involusio uteri yang menimbulkan perdarahan post partum
-          Memudahkan infeksi puerpurium
-          Pengeluaran asi berkurang
-          Terjadi dekompresasi kordis mendadak setelah persalinan
-          Anemia kala nifas
4.      Bahaya anemi pada janin :
Anemia mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalambentuk abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi, sampai kematianperinatal, hingga intelegensia rendah (Manuaba, 2010)

2.9 Pola Diet

1)      Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti daging, bayam, hati ayam, hati sapi, brokoli, kacang-kacangan, ikan sarden, rumput laut, tahu, tempe dsb
2)      Mengkonsumsi vit. C karena dapat membantu penyerapan zat besi dalam usus, contoh makanan yang membantu penyerapan zat besi : daun singkong, daun katuk, bayam, jeruk, jambu, tomat, dsb
3)      Minum tablet tambah darah sesuai anjuran bidan/dokter
4)      Fe diminumkurang lebih 2 jam sebelum atau sesudah makan dengan cukup cairan atau jus jeruk
5)      Hindari minum Fe dengan susu, kopi, teh, atau obat-obatan, sebaiknya beri jarak konsumsi sekitar 2-4 jam

2.10 Penatalaksanaan Pada Kehamilan dan Persalinan

A. Pencegahan anemia              
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah anemia. Makan makanan yang tinggi akndungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah). Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 60 mg setiap harinya. Pemantauan cara minum Fe yang Benar karena hal ini sangat mempengaruhi efektivitas penyerapan zat besi. Konseling mengenai bahan makanan yang mengandung zat besi dancara pengolahannya. Konseeling mengenai efek samping dan cara penanganannya.dsb.
B. Penanganan anemia
Penatalaksanaan dan asuhan medis terhadap anemia yaitu:
1)      Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dan riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan pica, kebiasaan mengidam berlebihan dan mengkonsumsi makanan tertentu dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang tepat. (robson,2011)
2)      Memberikan sulfat ferrosa 200mg 2-3 kali sehari. Diberikan 1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah ada keluhan (missal mual, muntah, feses berwarna hitam), apabila tidak ada keluhan maka pemberian dilanjutkan sampai anemia terkoreksi(robson,2011)
3)      Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (missal pasien tidak koperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per IM atau per IV), dihitung sesuai berat badan dan deficit zat besi (robson 2011)
4)      Transfuse darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat kehilangan darah atau prosedur operasi darurat. Wanita hamil dengan anemia sedang yang secara hemodinamis stabil, dapat beraktivitas anpa menurunkan gejala menyimpang dan tidak septik, transfuse darah tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi besi selama setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)
5)      Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb dapat dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian dosis sulfat ferosa (retikulosit meningkat mulai hari ke tiga dan mencapai puncaknya pada hari ke tujuh). Sedangkan pemantauan kadar Hb pada pasien yang mendapat transfuse dilakukan minimal 6 jam setelah transfuse (Yan, 2011)


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tata laksana anemia :
1)      Pengobatan hendaknya berdasarkan diagnosis definitive
2)      Pemberian hematiink tanpa indikasi jelas tidak dianjurkan
3)      Pengobatan anemia dapat berupa:
Ø  Terapi untuk keadaan darurat, misalnya anemia berat
Ø  Terapi supportif
Ø  Terapi khas untuk masing-masing anemia
Ø  Terapi percobaan untuk diagnose definitive yang tidak dapat ditegakkan (perlu pemantauan kondisi pasien dan penyakitnya)


BAB III

 PENUTUP

Kesimpulan

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin atau hematokrit di bawah normal. Sedangkan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di bawah 11gr%  pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2. Anemia dalam kehamilan terbagi mennjadi beberapa jenis yaitu anemia defisiensi zat besi, anemia hipoplastik,anemia megaloblastik, dan anemia hemolitik, penanganan kita sebagai bidan dalam menangani anemia adalah dengan cara pemeriksaan ANC terpadu, pemberian tablet Fe, dan berkolaborasi dengan rumah sakit untuk melakukan rujukan pasien

Saran

Kita harus waspada untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil, karena resiko dari terkena anemia sendiri sangat besar, dengan melakukan ANC secara terpadu, pemberian tablet Fe, dan langkah lain dalam mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil.


Daftar pustaka


Pearce, evelyn. C.2006. anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Pt gramedia : Jakarta
Syaifudin. 2009. Fisiologi tubuh manusia. Salemba medika : Jakarta
Saifuddin, abdul bari. 2009. Ilmu kebidanan. Pt bina pustaka sarwono prawirohardjo: Jakarta
Sulistyawati ari, 2009. Asuhan kebidanan pada masa kehamialn : salemba medika: Jakarta
Arsinah, dewie sulistyorini, dkk.2010. asuhan kebidanan masa kehamilan. Yogyakarta : graha ilmu
Sunarsih, tri. Dewi, Vivian nanny lia.2011. asuhan kebidanan untuk kehamilan untuk kebidanan. Jakarta : salemba medika

Holmes, Debbie baker, Philip. N. 2011. Buku ajar ilmu kebiidanan. Jakarta : EGC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah cidera leher

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar belakang Kecelakaan atau cidera dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan siapa saja. Menurut Andun Sudijandoko (2000: 31) cidera tersebut ditandai dengan adanya rasa sakit, pembengkakan, kram, memar, kekakuan dan adanya pembatasan gerak sendi serta berkurangnya kekuatan pada daerah yang mengalami cidera tersebut. Sebelum ke Rumah Sakit, pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang menancam kelangsungan hidupnya. Leher merupakan bagian dari kolom fleksibel yang panjang, yang dikenal sebagai kolom atau tulang punggung tulang belakang, yang membentang melalui sebagian besar tubuh. Tulang belakang leher (daerah leher) terdiri dari tujuh tulang (C1 – C7 vertebra), yang dipisahkan satu sama lain oleh diskus invertebralis. Cedera servikal merupakan penyebab yang paling sering dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma. Tulang servikalis terdiri dari 7 tul...

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1   Konsep Teori Masa Nifas 2.1.1         Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2015). Masa nifas atau pueperium berasal dari bahasa latin yaitu dari kata "puer" yang artinya bayi dan "parous" yang artinya melahirkan. definisi masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pasca persalinan , meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali kekondidi sebelum hamil. masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil. sebagai acuhan rentang masa nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari. (Astuti, dkk. 2015) Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah ma...

Makalah Andropause

BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar Belakang Andropause atau kadang disebut “menopause pria” umumnya terjadi pada pria separuh baya, kira-kira waktunya sama ketika seorang wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada wanita, dimana hormon estrogen mengalami penurunan secara tiba – tiba, hormon testosteron pada pria menurun perlahan sesuai dengan pertambahan usia (proses penuaan). Penurunan dimulai usia 30 tahunan, menurun sekitar 1-2% walaupun bervariasi pada tiap individu. Andropause dialami setengah dari pria yang berusia 50 tahun ke atas. Namun usia Andropause dipengaruhi banyak faktor, diantaranya gaya hidup. Jika hidupnya selalu senang atau sehat, Andropause dialami pada usia lebih tua lagi. Jika gaya hidupnya tidak sehat, misalnya merokok, mengonsumsi minuman keras, seseorang akan lebih cepat mencapai Andropause (Saryono, 2010: 67). Pria selama ini tidak mengetahui tanda gejala dari Andropause sehingga para pria sering meminum obat “kuat” unt...