BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Masa Nifas
2.1.1
Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu. (Sulistyawati, 2015).
Masa nifas atau pueperium berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata "puer" yang artinya bayi dan "parous"
yang artinya melahirkan. definisi masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu
melakukan adaptasi pasca persalinan , meliputi perubahan kondisi tubuh ibu
hamil kembali kekondidi sebelum hamil. masa ini dimulai setelah plasenta lahir,
dan sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan
sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil. sebagai acuhan rentang masa nifas
berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari. (Astuti, dkk. 2015)
Masa nifas disebut juga masa post partum atau
peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Widyasih, 2012
hal 1)
1.
Tujuan
Asuhan Masa Nifas
Dalam masa
nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu
tinggal dirumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan
dari perawatan masa nifas adalah :
a.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b.
Melaksanakan
skrining secara komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya
c.
Mendukung
dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ia melaksanakan peran
ibudalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
d.
Memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan
bayi sehat
e.
Memberikan
pelayanan keluarga berencana
f.
Mempercepat
involusi alat kandungan
g.
Melancarkan
fungsi gastrointestisinal atau perkemihan
h.
Melancarkan
pengeluaran lochea
i.
Meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi hati dan pengeluaran
sisa metabolisme (Pitriani, 2014)
2.
Tahapan
Masa Nifas
Tahapan
masa nifas menurut Reva Rubin :
a. Fase taking in (fase ketergantungan)
Lamanya 3 hari pertama setelah
melahirkan. Focus pada diri ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu
untuk tidur dan istirahat. Pasif, ibu mempunai ketergantungan dan tidak bisa
membuat keputusan. Ibu memerlukan bimbingan dalam merawat bayi dan mempunai
perasaan takjub ketika melihat bayinya yang baru lahir.
b. Fase taking hold (fase independen)
Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10.
Aktif, mandiri, dan bisa membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri,
focus pada perut dan kandung kemih. Focus pada bayi dan menyusui. Merespon
intruksi tentang perawatan bayidan
perawatan diri, dapat mengungkapkan kurangnya kepercayaan diri dalam merawat
bayi
c. Letting go (fase interdependen)
Terakhirhari ke-10 sampai 6 minggu post
partum. Ibu sudah mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian dari
dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya.(Astuti, 2015).
3.
Kebijakan
Program Nasional Masa Nifas
Berdasarkan Program dan kebijakan teknis masa nifas, paling sedikit dilakukan
4 kali kunjungan masa nifas, dengan tujuan yaitu :
- Memelihara
kondisi kesehatan ibu dan bayi
- Melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayinya
- Mendeteksi
adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
- Menangani
komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatanibu dan bayi.
Kunjungan
masa nifas terdiri dari:
a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan Kunjungan:
Ø
Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Ø
Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
Ø
Memberikan
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Ø
Pemberian ASI
awal
Ø
Melakukan
hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir
Ø
Menjaga bayi
tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi
Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan normal.
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
Ø
Memastikan
involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
Ø
Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
Ø
Memastikan
ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat
Ø
Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
Ø
Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat, dan merawat bayi sehari-hari
c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
Ø
Menanyakan
pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya alami
Ø
Memberikan
konseling untuk KB secara dini. (Pitriani, 2014)
2.2 ASI Eksklusif
1.
Pengertian
ASI
eksklusif lebih tepatnya pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa pemberian tambahan makanan padat seperti
pisang, papaya, bubuk susu, biscuit, bubur nasi, dan tim.
Who
merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Pada usia 6
bulan, bayi diperkenalkan makanan padat seperti buah-buahan dan sayuran yang
dihaluskan untuk melengkapi ASI sampai anak berusia 2 tahun. Selain itu
menyusui harus dimulai segera dalam satu jam pertama, sesering yang diinginkan
bayi dan menghindari botol atau dot. ASI ekslusif berperan penting untuk bayi
bagi masa depannya. ASI sangat banyak manfaatnya baik untuk bayi, ibu,
keluarga, Negara bahkan dunia. (Astuti, dkk. 2015)
2.
Manfaat ASI dan Menyusui
a. Manfaat ASI Bagi Bayi
·
ASI mengandung banyak sel-sel darah putih yang
ditransfer dari ibu ke bayi yang dapat bekerjauntuk melawan infeksi virus,
bakteri, dan parasite usus.
·
ASI mengandung factor yang dapat meningkatkan repon
imun terhadap inokulasi bakteri polio, tetanus, difteri, dan influenza.
·
ASI dapat mengurangi kejadian beberapa penyakit
infeksi, mengurangi kejadian diare pada bayi, dan sindrom kematian bayi
mendadak (SIDS) serta dapat mengurangi risiko diabetes tipe 1, tipe 2 dan
obesitas.
·
ASI dapat menurunkan angka kejadian asma dan eksim,
terutama pada keluarga yang beresiko tinggi mengalami alergi
·
ASI dapat memberikan perlindungan bagi bayi
premature
·
ASI dapat meningkatkan kecerdasan melalui
pertumbuhan otak yang optimal.
b. Manfaat Menyusui Bagi Ibu
·
Menyusui dapat meningkatkan kadar hormone oksitosin
untuk merangsang kontraksi dan menurunkan resiko perdarahan.
·
Menyusui dapat digunakan sebagai metode kontrasepsi
alami.
·
Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan
bayi
·
Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan kanker
paudara, serta penyakit jantung.
·
Wanita menyusui memiliki kemungkinan kecil untuk
mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari. (Astuti, dkk. 2015)
3.
Kandungan ASI
ASI
mengandung komponen makronutrien dan mikronutrien. Komponen yang termasuk
makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak, sedangkan mikronutrien mencangkup
vitamin dan menerial dan hampir 90% tersusun dari air.selain itu, volume dan
komposisi nutrient ASI berbeda untuk setiap ibu tergantung pada kebutuhan bayi.
2.3 Perubahan Masa Nifas
1.
Perubahan Fisik
a.
Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengaturan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Ukuran
uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan
pada uterus selama post partum adalah :
·
Plasenta
lahir : TFU setinggi pusat, berat uterus 1000 gram
·
7 hari (1 mgg) : TFU pertengahan pusat dan simfisis, berat uterus
500
gram.
·
14 hari (2 mgg) : TFU tidak teraba, berat uterus 350
gram
·
6 minggu : TFU normal, berat uterus 60 gram
(Yanti dan Sundawati, 2014)
b.
Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim
selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lokhea dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya :
1)
Lokhea Rubra
/ merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke
4 masa postpartum, cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi dan
mekonium)
2)
Lokhea
sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum
3)
Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke 7 sampai hari ke 14
4)
Lokhea
alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum. Bila terjadi infeksi akan
keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan lokhea purulenta.
Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut lokhea statis (Sulistyawati,
2015).
c.
Perubahan pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks
ialah bentuk serviks agak mengaga seperti corong, segera setelah bayi lahir.
Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
anatara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Setelah 2 jam, hanya dapat
dimasuki 2-3 jari. Pada minggu keenam postpartum, serviks sudah menutup kembali
(Sulistyawati, 2015).
d.
Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami
penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.
Dalam beberapa hari pertama sesuadah proses tersebut, kedua organ ini tetap
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil atau rugae dalam vagina secara berangsur angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol (Sulistyawati, 2015).
e.
Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya tegang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari kelima perieum sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil
(Sulistyawati. 2015).
f. Perubahan
Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami
konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan,
alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan
makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali
normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan
ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia (Sulistyawati, 2015).
g. Perubahan
Sistem Perkemihan
Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu
(Sulistyawati, 2015).
h.
Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera
setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan. Ligamen-ligamen diafragma pelvis serta fasia yang meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis
kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu
hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu
(Sulistyawati, 2015).
i. Perubahan
Tanda-Tanda Vital
Ø Suhu Badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum
suhu badan akan naik sedikit (37,50-380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada hari ke 3 suhu badan naik lagi
karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium
Ø Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa
adalah 60-80 kali permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abnormal dan
hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi
Ø Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak
berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan
karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat
menandakan adanya pre eklampsi post partum
Ø Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu
berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka
pernapasan juga akan mengikutinya
j.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah
normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan
oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali
pada proporsi normal. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang
melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan, vagina kehilangan
darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan sc pengeluaran dua
kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar HMT (Haematokrit)
(Sulistyawati, 2015)
k.
Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir
kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah
makin meningkat. Pada hari pertam post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukosit yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15.000 selama proses persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa hari
post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan yang lama (Sulistyawati, 2015).
2.
Perubahan Emosi dan Adaptasi
Psikologis
Perubahan emosi dan psikologis ibu
pada masa nifas terjadi karena perubahan peran, tugas, dan tanggung jawab
menjadi otrabg tua.suami istri mengalami perubahan peran menjadi orang tua
sejak masa kehamilan. Dalam periode masa nifas, muncul tugas orang tua dan
tanggung jawab baru yabf disertai dengan perubahan-perubahan perilaku.
Periode masa nifas merupakan masa
perubahan besar bagi ibu baru dan keluarganya. Peran dan harapan sering berubah
sebagai keluarga yang menyesuaikan dengan tambahan keluarga baru merekadan
mereka belajar untuk ”menjadi ibu”.
Banyak perubhan psikologis terjadi
pada ibu selama waktu ini.asuhan kebidanan harus terfokus pada membantu ibu dan
keluarganyauntuk menyesuaikan diridengan perubahan inifan meringankan transisi
ke peran orang tua.
Penyesuaian dilakukan terhadap semua
perubahan baru. Keluarga memulai peran baru, pada beberapa ibu dapat
menyebabkan gangguan psikologi, seperti postpartum blues dan bila tidak
ditangani dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. (Astuti, dkk. 2015)
2.4 Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas
1.
Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas memerlukan
nutrisi dan cairan untuk memulihkan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan
tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan akan gizi sebanyak 2500 kkal/hari :
a.
Mengkonsumsi
makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
b.
Makan dengan
diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral
c.
Minum
sedikitnya 3 liter setiap hari
d.
Mengkonsumsi
tablet besi selama 40 hari post partum
e.
Mengkonsumsi
vitamin A 200.000 intra unit
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antar lain :
a.
Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500
kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas
jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses metabolisme
tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
b.
Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi
per hari. Satu protein setara dengan 3 gelas susu, dua butir telur, lima putih
telur, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai
kacang.
c.
Kalsium dan
vitamin D
Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan
tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah
kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui
meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju, satu
cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram
tahu kalsium.
d.
Sayuran hijau
dan buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi
sehari. Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir brokoli, ½
wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
e.
Karbohidrat
kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks
diperlukan enam porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼
cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh,
½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir
kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian
utuh.
f.
Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi
lemak (14 gram perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju,
tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir
es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging
tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok makan mayones,
atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.
g.
Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas perhari. Minum
sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih,
sari buah, susu dan sup.
h.
Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat
dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan antara lain :
Ø
Vitamin A
yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg.
Ø
Vitamin B6
membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi saraf. Asupan vitamin B6
sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang.
Ø
Vitamin E
berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan gandum (Yanti
dan Sundawati, 2014).
Berikut contoh menu makanan ibu nifas dengan
2500 Kkal/Hari:
a.
Pagi
· Nasi : 2 centong nasi ()
· Tempe : 1 potong sedang
· Telur ceplok :1 butir
· Tumis kacang panjang dan wortel : 1
mangkok kecil
· Susu : 1 gelas
b.
Snack
pukul 10:00 WIB
· 1 potong papaya
· 1 cangkir the manis
c.
Siang
· Nasi : 2 centong nasi
· Semur daging : 1 potong daging
· Tahu Goreng : 1 potong sedang
· Sayur bobor ayam : 1 mangkok kecil
· Buah semangka : 1 iris sedang
d.
Snack
pukul 16:00 WIB
· 1 potong pisang rebus
· 1 cangkir the manis
e.
Malam
· 2 centong nasi ()
· Pepes ikan teri : 1 bungkus
· Perkedel goreng : 1 buah
· Cah kangkung – tauge : 1 mangkok
kecil
f.
Snack
pukul 20:00 WIB
· Susu : 1 gelas
· Wafer : 1 bungkus
2.
Eliminasi
a.
Miksi
Hendaknya
kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya kurang dari 4 jam
setelah melahirkan, kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi M. Sfingter ani selama
persalinan.
b.
Defekasi
Buang air
besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit Buang Air Besar dan terjadi
obstipasi maka proses involusi akan terganggu. Apabila BAB keras dapat diberikan
obat laksans per oral. Jika masi belum bisa dilakukan klisma.
3.
Kebersihan
Diri dan Perineum
a. Personal
Hygiene
Mandi ditempat tidur dilakukan
sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar mandi. Bagian yang paling utama
dibersihkan puting susu dan mammae dengan dikompres kassa yang yelah diberi
baby oil kemudian ditempelkan di areola dan diputar sampai kotorannya
terangkat.
b. Perineum
Bila sudah buang besar atau buang
air kecil, perineum harus dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan
sabun yang lembut minimal sehari sekali. Cairan sabun yang hangat atau
sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil
4.
Istirahat
Berikut adalah hal-hal yang dianjurkan pada ibu :
a.
Beristirahat
yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan istirahat siang 1-2 jam. Dan istirahat malam
6-7 jam per hari.
b.
Sarankan ia
untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi
b.
Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c.
Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
5.
Senam
Nifas/Senam
Postpartum
Senam nifas merupakan salah-satu bentuk mobilisasi dini setelah persalinan yang sangat penting untuk
mengembalikan tonus otot-otot perut dan memberikan latihan gerak secepat mungkin
agar otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan segera
kembali normal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam melakukan latihan ini.
Jika timbul rasa nyeri, sebaiknya latihan dilakukan perlahan tetapi jangan
tidak melakukannya sama sekali. Tentu saja senam ini dilakukan pada saat ibu
benar-benar pulih. Setelah persalinan, seorang ibu baru memasuki masa
pemulihannyadan secara perlahan kembali kekondisi semula. Tindakan tirah baring
dan senam pasca persalinan membantu proses fisiologis ini secara perlahan.
(Astuti, dkk. 2015)
2.5 Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas
1.
Perdarahan Postpartum
Perdarahan
postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah 500ml atau lebih dari
organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan. Perdarahan
postpartum adalah penyebab penting kematian ibu.
Perdarahan
postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kala tiga selesai (setelah
plasenta lahir). Perdarahan postpartum adakalanya merupakan perdarahan yang
hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh kedalam syok,
ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tapi terus-menerus,
dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang
mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok. (Astuti, dkk.
2015)
2.
Infeksi Masa Nifas
Infeksi
adalah invasi jaringan oleh mikroorganisme pathogen, hingga menyebabkan kondisi
sakit karena virulensi dan jumlah mikroorganisme pathogen tersebut. Infeksi
nifas atau puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran
reproduksi selama persalinan atau puerperium. Infeksi puerperalis adalah
infeksi luka jalan lahir postpartum yang biasanya dari endometrium atau bekas
insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas,
maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam ini
melibatkan kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pascapersalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Infeksi
dapat terjadi pada berbagai organ tubuh sesuai dengan penyebaran kumannya:
a.
Infeksi trauma vulva, perineum, vagina atau serviks
b.
Endometritis
c.
Mastitis
d.
Tromboflebitis
3.
Pre-eklamsia dan Eklamsia Masa Nifas
Hipertensi
dalam kehamilan atau yang dikenal sebagai pre-eklamsia, dan jika hipertensi ini
disertai kejang maka disebut sebagai eklamsia merupakan salah satu dari tiga
penyebab kematian tertinggi di Indonesia selain perdarahan postpartum dan
infeksi. Pre-eklamsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang
disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan
cairan) yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan. Eklamsia adalah lanjutan dari pre-eklamsia dimana eklamsia
merupakankasus akut pada ibu dengan pre-eklamsia yang disertai dengan kejang menyeluruh
dan koma (Astuti, dkk. 2015)
4.
Emboli Masa Nifas
Emboli
adalah penyumbatan mendadak pada pembuluh darah arteri oleh bekuan atau benda
asing yang terbawa oleh aliran darah ke tempat tersangkutnya. Macam-macam
emboli : udara, serebral, koronal, lemak, infektif, military, paradoksial,
pulmonal. (Astuti, dkk. 2015)
5.
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi
Saluran Kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi
pada ibu postpartum dan memiliki angka morbiditas yang tinggi hingga 95%.
Penyebab antara lain trauma jalan lahir selama persalinan, inkontinesia urin,
pemasangan instrumen kateter urin, anastesi yang menyebabkan ibu postpartum
tidak dapat berkemih secara normal, serta kurangnya kebersihan vulva dan vagina
yang menyebabkan infeksi pada saat nifas. Organisme penyebabnya adalah Escherichia Coli. Infeksi ini dapat
menyebabkan pielonefritis yang kronis. (Astuti, dkk. 2015)
6.
Komplikasi Lainnya
a.
Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu yang Lama
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu
makan, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya
setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi, atau teh yang bergula
untuk mengembalikan tenaga yang hilang.
b.
Merasa Sedih atau Tidak Mampu Mengasuh Diri dan Bayinya
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampi kurang lebih 1 tahun,
ibu postpartum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak seperti
biasanya, diantaranya merasa sedih serta tidak mampu mengasuh dirinya sendiri
dan bayinya. Faktor penyebabnya antara lain kekecewaan emosional yang bercampur
rasa takut, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur
selama persalinan, kecemasan terhadap kemampuan merawat bayi, ketakutan akan
menjadi tidak menarik lagi.
c.
Kemurungan Nifas
Sebagian besar kemurungan setelah melahirkan bai merupakan gejala
psikologis yang dialami oleh perempuan yang terpisah dari keluarga dan bayinya.
Hal ini paling sering terjadi dirumah sakit yang mempunyai peraturan ketat dan
tidak adanya rawat gabung.
2.6 Konsep Manajemen Kebidanan
1.
PENGKAJIAN
(Pengumpulan Data Dasar)
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama :untuk mengenal,memanggil dan menghindari terjadinya kekeliruan
Umur :umur yang ideal
(usia reproduksi sehat) adalah umur 20-35 tahun dengan resiko yang makin
meningkat bila usia dibawah 20 tahun alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikis belum siap, sedangkan usia 35 tahun keatas rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
Agama :untuk mengetahui agama ibu dan sebagai dasar pada saat memberikan asuhan
yang berkaitan dengan spiritual
Pendidikan :untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat memberikan Asuhan
No Hp :kontak dengan
ibu, jika terjadi kegawatdaruratan, memudahkan untuk membuat rencana rujukan
Pekerjaan :untuk mengetahui kegiatan/aktivitas ibu
Alamat :untuk mengetahui alamat ibu, sewaktu-waktu bila
ada masalah bisa langsung menghubungi keluarga di rumah
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan ibu datang ke tempat
pelayanan kesehatan
3. Keluhan Utama
Kondidi yang dirasakan tidak nyaman,
rasa sakit yang dialami ibu saat ini, bahkan adanya kelainan serta keluhan baik
secara fisik maupun psikologis, seperti:
a. Rasa mules akibat kontraksi uterus
b. Kecemasan dan rasa takut
c.
Rasa nyeri
jika ada jahitan perineum atau robekan pada jalan lahir
d.
Kurangnya
pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar
e.
Kurangnya
pengetahuan ibu tentang cara merawat bayi
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita
penyakit yang mungkin kambuh saat nifas dan berpengaruh pada masa
nifasnya,misalnya:
a.
Kencing manis : memperlambat penyembuhan luka
b.
Anemia : potensial menyebabkan HPP karena atonia uteri
c.
Penyakit
jantung :
kemungkinan akan mengalami perdarahan post partum karena kondisi ibu yang lemah dan infeksi nifas
d.
TBC : resiko penularan pada bayi
e.
Hepatitis : resiko penularan pada bayi
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah ibu sedang menderita penyakit menurun seperti kencing manis,darah
tinggi,jantung (dapat bertambah parah jika ibu menyusui) maupun TBC ( dapat menular
ke bayi melalui kontak langsung dengan bayi),hepatitis (dapat menular melalui
kontak langsung dengan sekret ibu)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga,terutama anggota keluarga
yang mempunyai penyakit menular dan tinggal dalam 1 rumah seperti TBC dan
hepatitis serta penyakit keluarga yang dapat diturunkan seperti penyakit
jantung,darah tinggi dan kencing manis yang mungkin diderita ibu tanpa ibu
mengetahui bahwa dia menderita penyakit tersebut
7. Riwayat Haid
Lama, banyaknya, keluhan dan siklus sebagai
penunjang untuk memberikan asuhan pada ibu tentang metode kontrasepsi
8. Riwayat Perkawinan
Ditanyakan umur
pertama nenikah, lama menikah untuk memberikan asuhan secara tepat
kepada ibu dan keluarganya.
9. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ada penyulit atau komplikasi yang
terjadi pada kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu.
10. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
a. Kehamilan : usia kehamilan, apakah ada hipertensi
b. Persalinan
: jenis persalinan normal, apakah plasenta manuil/normal, apakah ibu
dirawat di RS/tidak, BBL dan PBL jalan lahir dijahit atau tidak
c. Nifas :
selama nifas ibu mengalami demam atau tidak, ibu menyusui/tidak, adakah keluhan
mules,perdarahan aktif/tidak
11. Riwayat KB
Ibu pernah memakai alat kontrasepsi /tidak,memakai kontrasepsi jenis
apa,berapa lama,ada keluhan/tidak,rencana setelah ini memakai apa.
12. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Nilai gizi ibu nifas : energi 2500-2700 kkal,protein 100 gr, lemak 87,4 gr,
karbohidrat 433 gr, dapat diperoleh dari 3x makan dengan komposisi 1½ piring
nasi, 1 potong daging sedang/telur/ayam/tahu/tempe, 1 mangkuk sayuran, buah
dan minum sedikitnya 3 liter
b.
Istirahat
Tidur malam ±7-8 jam untuk memulihkan kelelahan setelah melahirkan, tidur
siang ±1-2 jam untuk memenuhi kebutuhan tidur malam yang kurang
c.
Aktivitas
Early ambulation dimulai sejak 2 jam PP,dimulai miring kanan kiri, duduk
dan berjalan di sekitar tempat tidur.Bila tidak ada keluhan mulai belajar
berjalan seperti biasa.
d.
Eliminasi
BAK : harus bisa
dalam 4 jam post partum,bila 6 jam
post partum belum. BAK dirangsang dengan air mengalir, kompres hangat,dll. Bila
tidak bisa lakukan kateterisasi
BAB : jika pada
hari ke 3 belum BAB berikan laxansia disertai diet tinggi serat
(sayur-sayuran,buah-buahan).
e.
Pola
pemberian ASI
Setelah 30 menit bayi lahir,sebaiknya pemberian ASI sudah dimulai. Pemberian
ASI tiap 2 jam dan sebaiknya diberikan sampai 6 bulan tanpa pemberian MP-ASI
f.
Kebersihan
Mandi untuk kebersihan seluruh tubuh,minimal 2x sehari, ganti pakaian
setiap selesai mandi dan jika terasa lembab atau berkeringat, ganti celana
dalam dan pembalut setidaknya 2x sehari dan jika terasa lembab
13. Data Psikososial dan budaya
Mengkaji adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, meliputi pengalaman
tentang melahirkan, ketidak mampuan merawat bayibaru lahir, hubungan dengan
suami, bayi, dan anggota keluarga lain, dukungan social dan komunikasi.
Dikaji pula budaya yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan
dengan budaya pada perawatan bayi dan ibu postpartum, makanan atau minuman yang
dipantang atau tidak diperbolehkan, kebiasaan yang merugikan.
B. Data Obyektif
Pemeriksaan pada
ibu
1.
Pemeriksaan
Umum
Keadaaan umum :
baik / cukup
Kesadaran : composmentit
Nadi : dalam batas normal 60-90 x / menit
Tekanan darah : dalam batas normal ( 90/60 – 120/80 mmHg)
Pernafasan : dalam batas normal 16-24x/menit
Suhu : 36,5-37,5˚C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi:
ü Rambut : tidak
rontok
ü Muka : tidak oedema,tidak pucat, sisa cloasma
gravidarum
ü Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar thyroid dan
vena jugularis
ü Payudara
: bersih,puting menonjol,hyperpigmentasi areola mammae
ü Abdomen : tampak striae lividae
ü Genetalia : tampak luka jahitan/ tidak, pengeluaran lochea rubra. Tanda REEDA (rednees : tidakada kemerahan ,
Echomosis: tidak ada kebiruan, Edema: tidak ada pembengkakan, Dischargment:
tidak ada cairan sekresi yang keluar, Approksimity: ada jahitan luka perineum),
ada/ tidak perdarahan.
ü Ekstremitas : oedema (–/+), varises (–/+)
b. Palpasi
ü Leher :
tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid,tidak teraba bendungan vena jugularis
ü Payudara : tidak teraba benjolan
abnormal,kolostrum sudah keluar/belum
ü Abdomen : kandung kencing kosong, TFU pertengahan
pusat dan simfisis, kontraksi uterus baik, diastasis rectus
abdominalis(-)
ü Ekstremitas : oedema (–/+),varises (–/+),tanda
Homan (-)
c. Auskultasi
ü Dada :
ronchi (-),wheezing(-),rales (-)
d. Perkusi
ü Reflek patella (–/+)
2.
IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA
Dx : P1001 Ab100 6 Jam postpartum dengan nifas normal
DS : - Ibu mengatakan telah melahirkan
bayinya tanggal......jam.......
-
Ibu mengatakan melahirkan dengan usia kehamilan.......bulan
- Ibu mengatakan ini adalah kelahiran anaknya yang pertama
DO : -
Pada buku persalinan tertulis ibu melahirkan tanggal.......jam......dengan cara
spontan belakang kepala, pada usia kehamilan.........minggu
- Pada lembar
observasi tanggal.....jam.....TFU 2 jari bawah pusat,kontraksi uterus baik,kandung
kemih kosong, pengeluaran lochea
rubra
- Saat pemeriksaan payudara terlihat
bersih,puting susu menonjol,
kolostrum keluar
sedikit
- Hasil pemeriksaan
fisik inspeksi, palpasi
3.
IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA POTENSIAL
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial ini berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini
membutuhkan antisipasi. Bila mungkin dilakukan pencegahan. Sambil mengamati
pasien, bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar
terjadi.
4.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Antisipasi merupakan penerapan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera tahap ini dilakukan oleh bidan, melakukan identifikasi
dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan,
kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan
rujukan.
5.
INTERVENSI
Mengacu pada masalah
ibu, tindakan yang perlu dilakukan pada ibu. Merumuskan rencana asuhan sesuai
dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien. Kemudian membuat
kesepakatan sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan harus
rsional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang baru.
6.
IMPLEMENTASI
Mengacu pada
perencanaan. Pelaksanaan rencana dilakukan secara aman dan efisien.
7.
EVALUASI
Meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnose dan
masalah yang telah diidentifikasi .
Komentar
Posting Komentar