Langsung ke konten utama

Makalah Andropause


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Andropause atau kadang disebut “menopause pria” umumnya terjadi pada pria separuh baya, kira-kira waktunya sama ketika seorang wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada wanita, dimana hormon estrogen mengalami penurunan secara tiba – tiba, hormon testosteron pada pria menurun perlahan sesuai dengan pertambahan usia (proses penuaan). Penurunan dimulai usia 30 tahunan, menurun sekitar 1-2% walaupun bervariasi pada tiap individu. Andropause dialami setengah dari pria yang berusia 50 tahun ke atas. Namun usia Andropause dipengaruhi banyak faktor, diantaranya gaya hidup. Jika hidupnya selalu senang atau sehat, Andropause dialami pada usia lebih tua lagi. Jika gaya hidupnya tidak sehat, misalnya merokok, mengonsumsi minuman keras, seseorang akan lebih cepat mencapai Andropause (Saryono, 2010: 67). Pria selama ini tidak mengetahui tanda gejala dari Andropause sehingga para pria sering meminum obat “kuat” untuk mempertahankan kejantanannya.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Andropouse ?
2.      Bagaimana fisiologi Andropouse terjadi ?
3.      Apa sajakah gejala dan keluhan pada Andropouse ?
4.      Bagaimana faktor yang mempengaruhi terjadinya Andropouse ?
5.      Bagaimana faktor yang mempengaruhi penurunan hormone testosterone ?

1.3    Tujuan
1.      Untuk mendeskripsikan Andropouse
2.      Untuk memaparkan fisiologi Andropouse
3.      Untuk menjelaskan gejala dan keluhan pada Andropouse
4.      Untuk mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi terjadinya  Andropouse
5.      Untuk memaparkan faktor yang mempengaruhi penurunan hormone testoeteron


BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 Definisi Andropause
Kata andropause diambil dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti pria dan pause yang artinya penghentian. Jadi, secara harfiah andropause dapat diartikan sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria (Setiawati, 2006).
 Kata andropause dibentuk dengan menggabungkan dua kata Yunani yaitu Andras dalam bahasa Yunani yang berarti manusia laki-laki, Jeda dalam bahasa Yunani berarti penghentian. Andropause adalah suatu kondisi yang timbul pada saat maskulinitas menurun, oleh karena itu andropause adalah sindrom dimana perubahan yang menyertai penuaan terkait dengan tanda-tanda dan gejala defisiensi androgen pada pria yang lebih tua (usia> 50 tahun). Tanda dan gejala yang disertai dengan tingkat serum testosterone yang rendah (Balasubramanian et al., 2012).
Andropause juga disebut oleh beberapa ahli sebagai Androgen Deficiency in the Aging Male (ADAM), Artial Androgen Deficiency in the Aging Male (PADAM) atau Aging-Associated Androgen Deficiency (AAAD). Istilah menopause pria tidak pantas karena tidak ada gangguan atau penghentian menstruasi, dan viropause tidak akurat karena tidak ada kehilangan virilisasi (Matsumoto et al., 2002; Morley et al., 2003).


2.2 Fisiologi Andropause
Testosteron merupakan hormon seks steroid pria yang utamanya diproduksi oleh testis setelah terjadi kematangan pembentukan kelenjar seks pria (testis). Testosteron berperan dalam seksualitas, pembentukan fisik, mental dan penampilan pria. Testosteron merupakan hormon seks priayang paling penting.
Testosteron merupakan hormon seks pria yang paling penting. Testosteron disekresikan oleh sel-sel interstisial leydig di dalam testis. Testis mensekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara bersamaan disebut dengan androgen, termasuk testosteron, dihidrotestosteron, dan androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lain sehingga dapat dianggap sebagai hormon testicular terpenting, walaupun sebagian besar testosteron diubah menjadi hormone dihidrotestosteron yang lebih aktif pada jaringan target. Testosteron total terdiri dari 60% testosteron terikat globulin (SHBG), 38% testosteron terikat albumin, dan 2% testosteron bebas. Komponen aktifdari testosteron adalah testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang kemudian diubah oleh enzim menjadi estradiol (dengan aromatase) dan dehidrotestosteron (dengan 5 alfareduktase).
   



    
Gambar 1. Target Organ Hormon Testosteron
Testosteron diproduksi melalui aksis hypothalamus hipofisis-testis. Dalam tubuh, testosteron didistribusikan terutama terikat dengan protein transpor. Pada pria, 44% testosteron terikat pada Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), 50% terikat albumin, dan sisanya dalam bentuk testosteron bebas. Afinitas testosteron dengan SHBG sangat tinggi sehingga hanya testosterone terikat albumin dan testosteron bebas yang menunjukkan bioavailibilitas aktif.





  
Gambar 2. Aksis Hipothalamus-Hipofisis-Testis
Free Androgen Index (FAI) menunjukkan hubungan antara konsentrasi testosteron dengan protein pengikat androgen. Kadar normal testosteron bebas rata-rata 700ng/dl dengan kisaran 300-1100ng/dl, sedangkan FAI berkisar 70-100%. Bila FAI < 50%,gejala-gejala andropause akan muncul.1
Pada usia 20 tahun, pria mempunyai kadar testosteron tertinggi dalam darah sekitar 800-1200 ng/dl yang akan dipertahankan sekitar 10-20 tahun. Selanjutnya, kadarnya akan menurun sekitar 1% per tahun. Pada usia lanjut, terjadi penurunan fungsi sistem reproduksi pria yang mengakibatkan penurunan jumlah testosteron dan availabilitasnya, seiring dengan meningkatnya SHBG..1,4
Penurunan testosteron bebas sekitar 1,2% per tahun, sementara bioavailabilitasnya turun hingga 50% pada usia 25-75tahun. Pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sekitar 0,8-1,6% per tahun ketika memasuki usia sekitar 40 tahun. Sementara saat mencapai usia 70 tahun, pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah sebanyak 35% dari kadar semula. Perubahan kadar hormon testosteron ini sangat bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan biasanya tidak sampai menimbulkan hipogonadisme berat.
Testosteron antara lain bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh. Pengaruh testosteron pada perkembangan sifat kelamin primer dan sekunder pada pria dewasa antara lain: 1) Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan scrotum, penis dan testis membesar kira-kira delapan kali lipat sampai sebelum usia 20 tahun. 2) Pengaruh pada penyebaran bulu rambut tubuh. Antara lain diatas pubis, ke arah sepanjang linea alba kadang-kadang sampai umbilicus dan diatasnya, serta pada wajah dan dada. 3) Menyebabkan hipertropi mukosa laring dan pembesaran laring. Pengaruh terhadap suara pada awalnya terjadi “suara serak”, tetapi secara bertahap berubah menjadi suara bass maskulin yang khas. 4) Meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran jaringan subkutan. 5) Meningkatkan pembentukan protein dan peningkatan massa otot. 6) Berpengaruh pada pertumbuhan tulang dan retensi kalsium. Testosteron meningkatkan jumlah total matriks tulang dan menyebabkan retensi kalsium. 7) Testosteron juga berpengaruh penting pada metabolisme basal, produksi sel darah merah, sistem imun, serta pengaturan elektrolit dan keseimbangan cairan tubuh. Selain fungsi diatas, hormon testosteron berpengaruh pula pada fungsi-fungsi yang lain, diantaranya pada fungsi seksual.
Pada pria usia lanjut, dorongan seksual dan fungsi ereksi hanya terhadap testosteron yang kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan pria lebih muda. Jadi berlawanan dengan pria yang lebih muda, pria berusia lanjut membutuhkan kadar testosteron lebih tinggi untuk mencapai fungsi seksual yang normal. Selain mengakibatkan disfungsi seksual, testosteron yang kurang juga mengakibatkan spermatogenesis terganggu, kelelahan, ganguan mood, perasaan bingung, rasa panas (hot flush), keringat malam hari, serta perubahan komposisi tubuh berupa timbunan lemak visceral.

2.3 Gejala dan Keluhan pada Andropause

Menurut Setiawan (2010) Gejala dan keluhan yang timbul pada pria andropause bersifat kompleks. Gejala dan keluhan tersebut diantaranya akan dipaparkan sebagai berikut.

(1)     Aspek Vasomotor
Gejala dan keluhan yang timbul antara lain gejolak panas, berkeringat, susah tidur (insomnia), dan rasa gelisah dan takut.

(2)     Aspek Fungsi Kognitif dan Suasana Hati
Gejala dan keluhan yang timbul antara lain mudah lelah, menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental/intuisi, keluhan depresi, hilangnya rasa percaya diri.

(3)     Aspek Virilitas
Gejala dan keluhan yang timbul antara lain menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan dan massa otot, kehilangan bulu-bulu seksual tubuh, penumpukan lemak pada daerah abdominal, serta osteoporosis.

(4)     Aspek Seksual
Gejala dan keluhan yang timbul antara lain menurunnya minat terhadap seksual, perubahan tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Andropause

Menurut Setiawan (2010), andropause dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain akan dipaparkan sebagai berikut.

(1)     Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan dalam terjadinya andropause ialah adanya pencemaran lingkungan yang bersifat kimia, psikis, dan faktor diet atau makanan. Faktor yang bersifat kimia yaitu pengaruh bahan kimia yang bersifat estrogenic. Bahan kimia tersebut antara lain DDT, asam sulfur, difocol, pestisida, insektisida, herbisida, dan pupuk kimia. Efek estrogenic yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan penurunan hormon testosteron.Sedangkan faktor psikis yang berperan yaitu kebisingan, ketidaknyamanan, dan keamanan tempat tinggal dan faktor diet yang berpengaruh yaitu kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan diet yang tidak seimbang.

(2)     Faktor Organik
Faktor organik yang berperan dalam terjadinya andropause yaitu adanya perubahan hormonal. Pada pria yang telah mengalami penuaan, perubahan hormonal yang terjadi antara lain akan dipaparkan sebagai berikut.
(a)      Hormon Testosteron
Testosteron adalah zat androgen utama yang tidak hanya diproduksi oleh testis, tapi juga oleh ovarium pada wanita dan kelenjar adrenal.Dalam keadaan normal, kira-kira hanya 2% hormon testosteron berada dalam bentuk bebas (tidak terikat), sisanya terikat pada Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), dan hanya sedikit yang terikat pada albumin serta cortisol binding globulin. Sedangkan yang menunjukkan bioavailabilitas testosteron ialah yang memiliki bentuk bebas dan terikat pada albumin, bukan yang terikat pada SHBG. Pada usia lanjut terdapat penurunan jumlah testosteron bebas dan bioavailabilitasnya, seiring dengan meningkatnya SHBG. Kondisi yang dapat mempengaruhi penurunan kadar hormontestosteron ialah penuaan, keturunan, peningkatan BMI, stress fisik maupun psikis, dan atrofi testis akibat trauma, orchitis, serta varikokel. Sedangkan kondisi yang mempengaruhi peningkatan SHBG, sehingga dapat mempengaruhi jumlah testosteron bebas adalah obat-obatan,adapun obat yang dapat meningkatkan SHBG antara lain estrogen, obat anti epilepsi, serta golongan barbiturate. Selain itu SHBG dapat meningkat akibat penurunan Insulin GrowthFactor-1 (IGF-1) dan orang yang memiliki kebiasaan merokok.
(b)     Hormon dehydroepiandrosteron (DHEA) dan dehydroepiandrosteron sulphat(DHEAS)
Hormon DHEA dan DHEAS merupakan hormon yang berbentuk steroid C-19 dan merupakan steroid terbesar dalam tubuh manusia.Hormon ini terutama disekresi oleh zona reticularis kelenjar adrenal.Dalam darah, hormon ini terutama berbentuk ikatan dengan sulfat disebutsebagai dehydroepiandrosteron sulfat (DHEAS).Konsentrasi DHEAS dalam darah kira-kira 300-500 kali konsentrasikonsentrasi DHEA.Sekresi DHEAS selain oleh kelenjar adrenal, sebagian kecil berasal dari konversi DHEA jaringan perifer. Hormon DHEAS, terutama akan dimetabolisir menjadi DHEA, kemudian berubah lagi menjadi σ5-androstenedion, kemudian akhirnya menjadi testosteron. Sisanya, sebagian kecil akan dimetabolisir menjadi σ5-androstenediol sulfat tanpa kehilangan gugus sulfatnya dan atau sebaliknya. DHEA dalam sirkulasi kebanyakan berasal dari DHEAS dan sebagian kecil berasal dari kelenjar adrenal.DHEA yang berasal dalam sirkulasi sebagian besar terikat albumin, sisanya pada SHBG dan dalam bentuk bebas. Puncak kadar DHEA/DHEAS ialah pada umur 20-30 tahun. Berikutnya mulai terjadi penurunan secara perlahan-lahan dengan kecepatan kira-kira 2% per tahun.

(3)     Faktor Psikogenik
Faktor-faktor psikogenik yang sering dianggap dapat mendorong timbulnya keluhan adropause antara lain akan dipaparkan sebagai berikut.
(a)     Pensiun.
(b)     Penolakan terhadap kemunduran.
(c)     Stress tubuh/fisik.

Untuk mekanisme pasti mengenai hubungan berbagai gangguan psikologis dalam terjadinya berbagai keluhan pria andropause, belumlah begitu jelas. Akan tetapiberbagai gangguan psikologis tersebut dapat menurunkankadar testosteron dalam darah perifer.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Hormon Testosteron

Penurunan hormon pada hipogonad terjadi secara perlahan sehingga seringkali tidak menimbulkan gejala. Keluhan baru timbul jika ada penyebab lain yang mempercepat penurunan hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya. Beberapa faktor dibawah ini menjadi penyebab penurunan hormon testosteron antara lain akan dipaparkan sebagai berikut.

(1)     Faktor internal
Pengaruh internal bisa dari tubuhnya sendiri atau genetik. Terjadi karena adanya perubahan hormonal/organik. Juga bisa karena sudah mengidap penyakit tertentu seperti hipertensi, hiperkolesterol, obesitas atau DM.

(2)     Faktor eksternal
Pengaruh eksternal bisa didapat dari faktor lingkungan yang tidak lain kondusif. Dapat bersifat fisik seperti kandungan bahan kimia bersifat estrogenik yang sering digunakan dalam bidng pertanian,pabrik dan rumah tangga. Juga dapat karena faktor psikis seperti kebisingan dan perasaan tidak nyaman. Gaya hidup tidak sehat seperti merokok, minum-minuman keras, pola makan tidak seimbang (Zen et al., 2009).
Andropause disebabkan oleh penurunan kadar testosteron, dan penurunan kadar testosteron ini terjadi gradual seiring dengan bertambahnya usia. Kadar testosterin yang rendah dapat disebut sebagai hipogonadism, American Association Of Clinical Endocrinologist mendefinisikan hipogonadism terjadi jika kadar free testeron dibawah batas normal. Etiologi hipogonadism dapat dikelompokkan menjadi 3 yang akan dipaparkan sebagai berikut.

(1)     Hipogonadism Primer
Kelainan testis (anorchia, tumor testis, hipoplasia set leydig, disgenesis kelenjar gonad), kelainan genetik (sindrom klincffelter, male pseudohermaphrodith, mutasi reseptor gonadotropin), orchitis.

(2)     Hipogonadism Sekunder
Idiopatik hypogonadotropic-hypogonadism, sindrom kallman, sindrom prade/labhar willi, hipoplasia adrenal kongenital, brain tumor causing secondary GnRH deficiency or hypopituitarism. Indectivating GnRH receptor mutations, hyperprolactinemia.

(3)     Hipogonadism campuran
Paparan toksin pekerjaan, antara lain : radiasi ion, DES (Diethlystillbestrol) PCBs (polychlorinated biphenyls) dan narkoba. Penyalit sistemik kronis (gagal ginjal kronis, sirosis hepatic, PPOK, parkinson’s disease, AIDS) penyakit non gonadal akut yang berat (infak miokard, trauma, tindakan bedah besar), obat-obatan dan proses penuaan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
            Andropause umumnya terjadi pada pria separuh baya. Namun tidak seperti menopause pada wanita, dimana hormon estrogen mengalami penurunan secara tiba – tiba, hormon testosteron pada pria menurun perlahan sesuai dengan pertambahan usia (proses penuaan). Penurunan dimulai usia 30 tahunan, menurun sekitar 1-2% walaupun bervariasi pada tiap individu. Andropause dipengaruhi banyak faktor, baik factor internal maupun eksternal diantaranya gaya hidup, penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan lainnya serta juga bisa dipengaruhi oleh cacat bawaan seperti hypoplasia adrenal kongenital.

3.2 Saran
            Proses penuaan memang tidak bisa dihindari, sejatinya setiap mahluk hidup pasti akan menua, baik pria maupun wanita akan mengalami prose penuaan yang disebut andropause dan menopause pada pria dan yang mengalami proses ini disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kadar testosterone secara alami seperti tiram, kacang-kacangan, telur, seledri, berolahraga, menghindari makanan yang tinggi kadar lemak, untuk mengurangi efek dari perubahan fisik akibat dari proses andropause.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah cidera leher

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar belakang Kecelakaan atau cidera dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan siapa saja. Menurut Andun Sudijandoko (2000: 31) cidera tersebut ditandai dengan adanya rasa sakit, pembengkakan, kram, memar, kekakuan dan adanya pembatasan gerak sendi serta berkurangnya kekuatan pada daerah yang mengalami cidera tersebut. Sebelum ke Rumah Sakit, pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang menancam kelangsungan hidupnya. Leher merupakan bagian dari kolom fleksibel yang panjang, yang dikenal sebagai kolom atau tulang punggung tulang belakang, yang membentang melalui sebagian besar tubuh. Tulang belakang leher (daerah leher) terdiri dari tujuh tulang (C1 – C7 vertebra), yang dipisahkan satu sama lain oleh diskus invertebralis. Cedera servikal merupakan penyebab yang paling sering dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma. Tulang servikalis terdiri dari 7 tul...

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1   Konsep Teori Masa Nifas 2.1.1         Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2015). Masa nifas atau pueperium berasal dari bahasa latin yaitu dari kata "puer" yang artinya bayi dan "parous" yang artinya melahirkan. definisi masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pasca persalinan , meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali kekondidi sebelum hamil. masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil. sebagai acuhan rentang masa nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari. (Astuti, dkk. 2015) Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah ma...